Total Tayangan Halaman

Minggu, 25 Desember 2011

LembAHtari INGATKAN

DI AWAL 2012 ACEH TIMUR, KOTA LANGSA 
DAN ACEH TAMIANG BERPOTENSI ALAMI
BANJIR BANDANG JILID DUA



SYAWALUDDIN | LEUSOH
jur_nalist@yahoo.com
Berdasarkan hasil pemutakhiran data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Aceh dan hasil pantauan lapangan Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembAHtari), tiga wilayah Kabupaten Kota di Aceh berpotensi dilanda Banjir Bandang.

Tiga Kabupaten Kota berpotensi Banjir Bandang dari bulan Januari – Maret 2012 akibat curah hujan yang tinggi adalah Aceh Tamiang, Kota Langsa dan Aceh Timur khususnya dan wilayah Pantai Barat – Selatan Aceh.

Curah hujan yang tinggi serta cuaca ekstrim, menjadi pemicu utama terjadinya Banjir Bandang. Termasuk factor geografis; pembukaan tegakkan hutan sebagai alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan perladangan liar.

“Memang Aceh di bulan Januari sampai Maret 2012 berpotensi terjadinya Banjir Bandang, terutama wilayah Aceh Timur, Kota Langsa dan Tamiang. Semua ini akibat factor geografis. Termasuk cuaca ekstrim dan curah hujan yang tinggi serta pembalakkan liar, Alih fungsi hutan dan perladangan di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS). Ini menjadi pemicu utama.” Tegas Sayed Zainal Direktur Eksekutif LembAHtari kepada wartawan kemarin.      

Peringatan dini Banjir Bandang Jilid dua tersebut; berpotensi  kuat bakal terjadi di wilayah Aceh Tamiang, mengingat posisi pemerintah kabupaten; berada di hilir DAS tamiang. Sedangkan tiga kabupaten diwilayah hulu adalah Aceh Timur, Gayo Luwes serta Kabupaten Langkat (Sumatera Utara) dimana eskalasi penebangan liar ditiga kabupaten dimaksud masih sangat tinggi.  

LembAHtari meminta, warga Aceh dan Aceh Tamiang khususnya untuk berhati-hati dan membuat persiapan dini untuk mengurangi resiko dampak bencana, khususnya bagi warga yang bertempat tinggal di Spadan DAS  Tamiang.

Menurut Sayed, hal tersebut tak terlepas dari beberapa factor pemicu lainnya. Seperti cuaca yang terlalu ekstrim, perusakan tutupan lahan di wilayah Aceh Tamiang dan Timur, baik dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) maupun di wilayah pesisir pantai Tamiang dan Timur.

“factor lain adalah perusakan hutan bakau (diwilayah hilir) untuk alih fungsi menjadi perkebuanan Kelapa Sawit illegal dan besar-besaran. Disisi lain DAS Tamiang yang luasnya + 4.598 km dan panjang + 218,5 km yang saat ini telah kritis—termasuk DAS rawan Banjir”. Ujar dia.

Jika menilik data BMKG Aceh, Desember 2011 hingga Maret 2012; curah hujan terendah yang dialami Aceh Tamiang berada pada posisi 151 sampai dengan 300 milimeter perdetik, sedangkan kategori tinggi 301 sampai 400 milimeter perdetik, merupakan tingkat yang membahayakan.

Jika dibandingkan dengan kejadian Banjir Bandang tahun 2006 lalu curah hujan tertingginya hanya 150 sampai dengan 200 milimeter perdetik. “kita bisa bayangkan curah hujan terendah yang akan datang berada pada angka 151 sampai dengan 300 milimeter perdetik, berbanding terbalik dengan banjir bandang tahun 2006, curah hujan tertingginya hanya 150 sampai dengan 200 milimeter perdetik. Ini sudah tahap sangat kiritis dan signifikan,” katanya.

Kondisi 3 bulan kedepan merupakan kondisi kritis, dimana diperkirakan DAS Tamiang tidak mampu menampung debit air yang melimpah, akibat curah hujan yang sangat tinggi. LembAHtari sangat prihatin jika semua pihak, khususnya Pemkab Aceh Tamiang dalam semua program untuk memperkecil factor penyebab kerusakan DAS dan hutan di wilayah hulu.

“Ironisnya perencanaan dan penanganan DAS Tamiang tidak menjadi skala prioritas jika dilihat dari data perusakan kawasan sejak tahun 2010 hingga 2011; perusakannya begitu cepat, apalagi kaitannya dengan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan peredaran kayu illegal masih signifikan”.

Titik peredaran kayu illegal; Simpang Jernih (Aceh Timur), Kecamatan Tenggulun, Bandar Pusaka dan Sekrak. Sedangkan untuk wilayah hilir pergerakan perusakan hutan Mangrove di Kecamatan Bendahara, Seruway, Banda Mulia dan Manyak Payed. Sementara Leading Sektor terkait tidak menghentikannya.

LembAHtari menghimbau; penanganan kemuungkinan banjir Bandang di Aceh Tamiang tahun 2011 untuk memperkecil dampak bencana segera didiskusikan secara terbuka dan transfaran dengan melibatkan semua pihak untuk menghitung semua kemungkinan-kemungkinan dan mengambil langkah konkrit, sehingga dampak bisa diminimalisir. 


Tidak ada komentar:

SELAMATKAN HUTAN PESISIR DAN HULU ACEH TAMIANG
Advokasi,Lingkungan

ShoutMix chat widget