Total Tayangan Halaman

Jumat, 18 Desember 2009

BANDAR PUSAKA Antara Merdeka dan KETERISOLASIAN

Ratusan ton hasil pertanian di Desa Babo, Kecamatan Bandar Pusaka membusuk, aktifitas belajar mengajar terganggu, akibat jalan vital (jalur utama) desa yang menghubungkan Desa Harum Sari, Jamur Rambung, Cempa, Pengidam dan Bengklang afkir (rusak tidak dapat digunakan lagi).

Berdampak kepada, terpuruknya pendapatan ekonomi masyarakat. Ditambah tidak optimalnya pelayanan kesehatan yang diberikan ke masyarakat sekitar; sektor perkebunan kelapa sawit masyarakat hancur dan membusuk. Lalu bagaimana peran Pemkab menyikapi ini?...

M Yusuf—Datok Penghulu desa Babo—terpaku menatap hamparan badan jalan yang putus puluhan kilometer di desanya bak kubangan kerbau. Dia bergumam ”sampai kapan semua ini bisa terbebas dari sarana yang hancur, tak taulah.” ada guratan kecewa menerawang di warganya, manakala pendapatan ekonomi mereka anjlok.

Yusuf hanya bisa memelas kepada Camat Bandar Pusaka, A Yuhardha AP, minta agar warganya bisa terbebas dari belenggu keterisolasian ini. ”akibat sarana dan prasarana jalan hancur Bahan Bakar Minyak (BBM) turut melambung hingga Rp9.000 per liter, menyedihkan ini.” katanya kepada Leusoh dalam suatu percakapan di Babo.

Yuhardha AP, mengataka; jalan Jambo Rambong “putus” sepanjang enam kilometer. Truk pengangkut buah sawit milik perusahaan terpaksa ditarik dan digerek pakai bulldozer (alat berat penggerus tanah badan jalan). Sedangkan kenderaan roda empat milik warga tidak dapat lagi di operasikan untuk mengangkut penumpang karena kerusakan jalan tersebut.

Keterpurukan kehidupan masyarakat dipedalaman tersebut, Muspida Tamiang menggelar rapat, Senin pekan lalu di kantor bupati. Rapat yang dihadiri Wakil Ketua Pengadilan Negeri Kuala Simpang, Kapolres, Bupati, Sekda, dan Perwira Penghubung (Pabung) Kodim 0104 Aceh Timur, itu sepakat untuk memperbaiki jalan rusak dari Babo menuju Harum Sari, dengan meminta partisipasi pengusaha perkebunan yang ada di Kecamatan Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka. Sedangkan jalan dari Babo – Batu Bedulang sepanjang 20 kilometer menggunakan dana tanggap darurat.

Menyangkut situasi jalan; pada tanggal 24 Oktober 2009 dilaporkan secara tertulis oleh Datok Peghulu Babo, Dijelaskan M Yusuf, kondisi jalan semakin parah bila musim hujan turun seperti saat ini. Bahkan, di beberapa titik, badan jalan berlubang dan berlumpur hingga kedalaman kurang lebih setengah meter.

“Kualitas jalan yang buruk dan curah hujan tinggi selama ini serta tingginya mobilitas kendaraan pengangkut produk perkebunan dan kehutanan baik milik warga maupun perusahaan yang melewati jalan tersebut untuk menuju Kecamatan Kuala Simpang terus memperburuk kerusakan jalan,” katanya.

Datok juga menambahkan, bantuan beras miskin tidak bisa didistribusikan sehingga semakin memperparah penderitaan warga miskin yang mengalami dampak penurunan daya beli, karena menurunnya pendapatan dari sektor pertanian dan perkebunan serta meningkatnya biaya belanja kebutuhan pokok.

“Kenaikan dan penurunan harga tersebut karena para agen, toke, dan pedagang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa mobil jenis taft badak (mobil dua gardan) untuk biaya tarik dan lansir sebesar Rp 300 ribu di setiap titik kerusakan,” ujar Datok.

Ditambahkan, kondisi tersebut menyebabkan aktivitas belajar mengajar terganggu, karena guru dan murid sering terlambat bahkan tidak masuk sekolah jika kondisi hujan deras dan jalanan tidak bisa dilewati. “Demikian juga para pengawas tidak bisa melakukan fungsi kontrolnya ke sekolah karena alasan yang sama” kata dia.

Peristiwa yang sangat memilukan, tambah Datok, terjadi pada tanggal 27 September 2009 ketika warga desa Batu Bedulang yang meninggal di RSUD Tamiang harus diseberangkan melalui getek (rakit) di daerah Sekrak. Peristiwa itu terjadi disebabkan mobil ambulans dari RSUD Tamiang tidak bisa melewati jalan yang menghubungkan Kecamatan Bandar Pusaka dengan Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang.

“Warga yang sakit kesulitan mengakses pusat layanan kesehatan, terlebih jika harus dirujuk ke RSUD Tamiang atau RSUD Langsa. Berbagai komponen masyarakat Bandar Pusaka sudah mencoba melakukan lobi kepada pemerintah Aceh Tamiang, tetapi belum ada indikasi bahwa jalan yang rusak akan segera diperbaiki,” kata Yusuf.

Sementara itu tokoh masyarakat Bandar Pusaka, Safari Safwan mengatakan jalan desa sepanjang 15 kilometer dari Desa Aras Sembilan menuju Babo, Kecamatan Bandar Pusaka, Aceh Tamiang kondisinya bagaikan kubangan sehingga menyulitkan warga mengeluarkan hasil bumi untuk dipasarkan.

“ Jalan yang rusak mencapai hingga 70 persen dan merupakan jalur utama transportasi warga. Ada sekitar enam desa yang melintasi jalan tersebut menuju ibu kota kabupaten maupun ibu kota kecamatan,” jelasnya.

Ditambahkannya, bila warga panen hasil kebun seperti sawit dan karet, truk yang mengangkut hasil bumi tersebut terpaksa didampingi mobil penarik (morobunta – Red) agar ketika truk tersangkut dalam kubangan mudah ditarik. Dampak lain dari rusaknya jalan menyebabkan harga jual hasil tani turun drastis karena agen memotong ongkos tranportasi yang mahal. ” Kita berharap agar pemerintah dapat memperbaiki secara rutin, karena dengan kondisi jalan baik akan dapat mengangkat ekonomi masyarakatnya ” , ujarnya.
Laporan : Erwan,one_tamiang@yahoo.com

Tidak ada komentar:

SELAMATKAN HUTAN PESISIR DAN HULU ACEH TAMIANG
Advokasi,Lingkungan

ShoutMix chat widget